Azzuhri Terhadap Ilmu, Lebih Kuat Dari 3 Wanita

Azzuhri dan Kecintaan Kepada Ilmu
Buku, menjadi harta benda milik Azzuhri yang sangat ia cintai (Foto: Hidayatullah)

BumiPanritaLopi.com, Budaya – Ia adalah Abu bakr Muhammad bin Muslim Ubaidillah bin Syihab al-Quraisy AzZuhri atau lebih kita kenal dengan Imam Az-zahzuri

Ia lah sebaik-baiknya manusia yang hidup pada masanya.

Tinggal di antara perbatasan Hijaz dan Syam.

Sikap penyabar, zuhud,  toleransi, mulia murah hati adalah akhlak mulia yang menyertainya.

Hafal 2000 hadist serta memiliki ilmu yang tinggi antara sahabat Anas bin Malik pada umumnya.

Ialah orang yang paling alim akan ilmu hadist.

Perjalanan Panjang Azzuhri Untuk Menuntut Ilmu

Tak sedikitpun rasa ragu yang menyertai hidupnya akan sebuah janji yang terlontar dari lisan Rasullullah, bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat.

Kesehariannya ia hiasi dengan menimba ilmu terutama ilmu hadist.

Tak ada rasa lelah ia rasakan, semua akan bermuara pada satu tujuan yaitu mendapatkan ridho dari Allah SWT.

Rasa getir yang ia dapatkan selama menimba ilmu tak sedikitpun membuat patah semangat.

Buku, menjadi harta benda milik Azzuhri yang sangat ia cintai (Foto: Hidayatullah)

Dari satu tempat ke tempat lain ia kunjungi untuk menambah pembendaharaan ilmu.

Sehingga, kedalaman ilmu hadist yang ia kuasainya tak ayal ia disebut sebagai pencinta hadist sejati.

Kehebatan ilmu yang dia dapatkannya, tak lepas dari cara pandang yang ia memilki

Karena dalam pandangannya “tidak ada hal yang paling utama ketika mengibadahi Allah SWT kecuali dengan ilmu”

Baca juga: Pengorbanan Yang Tak Terbalaskan, Kisah Pilu Kepergian Sang Ayah

Rasa Cemburu Sang  Istri Untuk Az-zuhri

Kesehariannya ia gunakan untuk bergelut dengan buku-buku.

Semuanya ia hiraukan tatkala buku membersamainya, urusan dunia yang lain di lupakannya,  tak terkecuali istrinya.

Sampai istrinya cemburu dan berdiri pada posisi sampinnya seraya berkata

“ Demi Allah, kecemburuanku pada buku-buku ini lebih besar daripada tiga wanita yang menjadi maduku”

Kehebatan Hapalan Azzuhri

Kedalaman ilmu yang dia milki Az-zuhri tak lepas dari kemampuan menghapalnya melebihi manusia normal pada umumnya.

Suatu saat seorang khalifah yang memerintah kala itu ingin mengetes hapalan Az-zuhri.

Sang khalifah memerintahkan Az-zuhri untuk mendikte hadis kepada anaknya tanpa melihat catatan.  Dengan lancarnya Az-zuhri mendikte empat ratus hadis tanpa keliru sedikitpun.

Pengkaderan Para Murid

Ketaatan kepada Allah dan Rasulnya telah bersemayam pada hati sanubarinya.

Kenyakinan akan sabda Nabi SAW bahwa

“barang siapa yang menempuh suatu jalan menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan jalan menuju syurga”

Menjadi penyemangat dari segala aktivitas yang ia lakukan.

Tak hanya mampu mengumpulkan dan menghapal dua ribu hadis, ia juga melakukan proses pengkaderan.

Ia kumpulkan orang-orang yang ingin berlajar hadis

Seluruh biaya dan perlengkapan hidup yang dia butuhkan selama pengkaderan ia penuhi semuanya.

Kewibawaan Azzuhri Menciutkan Nyali Para penghapal hadis

Keluasan ilmu yang ia miliki tak sedikit membuat para penghapal hadist merasa minder, tak ada yang  berani antara mereka untuk menyampaikan hadist kepadanya.

Hal itu pernah tersampaikan oleh salah satu muridnya yang menuturkan sebuah kesaksiaan bahwa “ apabila imam Az-zuhri memasuki Madinah, tak seorang pun ahli hadis yang berani menyampaikan hadis di depannya sampai ia beranjak untuk keluar dari kota itu”

Bukan Hanya dihapal Tapi Juga Dia amalkan

Tanda hitam di antara kedua matanya menjadi penanda banyaknya ibadah yang dia lakukan sebagai imam.

Kekayaan dunia yang menghampirinya tak dia anggap bernilai apapun kecuali layaknya kotoran hewan.

Kedermawanan melengkapi ahlak mulia sang imam.

Sang imam pernah berhadapan dengan kaum yang suka mengeluh,

“ kami mempunyai 18 wanita tang sudah lanjut usia.  Mereka tak mempunyai pelayan.”

Seketika Az-zuhru memberikan 1000 dirham untuk wanita lanjut usia dan 1000 dirham lainnya untuk pelayan mereka.

Memperkuat dan Memperdalam Ilmu dengan Diajarkan

Kewibaan yang dimiliki tak menyurutkan langkah untuk meyebarluaskan ilmunya.

Dari satu tempat ketempat lain ia telusuri untuk memenuhi undangan yang telah ia tepati kedatangannya.

Undangan ta’lim yang ia dapatkan tak pernah ditolaknya, karena inilah salah satu cara untuk memperdalam dan memperkuat ilmu, yaitu dengan diamalkan.

Wafatnya Sang Imam Pecinta hadist Sejati

Rasa duka menyelimuti, karena kepergian sang imam pencinta hadist.

Tepat pada tahun 125 H di kota Sya’bad sang imam menghembuskan nafas terakhir.

Jasa-jasanya terukir di dalam catatan sejarah yang tak bisa terhapus oleh perkembangan zaman.

Kisah singat seseorang yang hidup di zaman tabiin yang layak untuk di tiru dan di proyeksikan di dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber: Kisahmuslim.com

Pos terkait