Perahu Pinisi Khas Daerah Bumi Panrita Lopi Bulukumba, Dari Suku Konjo

Perahu Pinisi Dari Panrita Lopi, Khas Daerah Bulukumba
Perahu Pinisi Dari Bumi Panrita Lopi

Perahu tradisional Pinisi, merupakan warisan budaya karya Suku Konjo, khas daerah Bumi Panrita Lopi Kabupaten Bulukumba, sekarang telah menjadi warisan dunia.

Bumipanritalopi.com, Pinisi – Berasal darimanakah Kapal Pinisi, yang telah melegenda?

Bacaan Lainnya

Perahu Pinisi dibuat oleh kemahiran dari masyarakat dari Desa Ara, Bira, Tanaberu (lemo-lemo), di Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba.

Pinisi merupakan perahu khas dari Kabupaten Bulukumba.

Perahu yang telah menjadi sebuah kebanggaan nasional yang telah mengisi ruang dokumentasi UNESCO.

UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization). Dimana organisasi tersebut merupakan organisasi bagian dari PBB. Dengan fokus kegiatan: pendidikan, ilmu alam, ilmu sosial, dan manusia, budaya, serta komunikasi, dan informasi

Pinisi Perahu Khas Daerah, Warisan Dunia Asal Bulukumba

Tepatnya tanggal 7 Desember 2017, UNESCO Melakukan persidangan di Pulau Jeju, South Korea. Dari 33 Warisan budaya tak benda kemanusiaan yang ditetapkan diseluruh dunia.

Perahu Pinisi diantaranya sebagai bagian dari sebuah karya monumental sebai khas daerah Bugis Makassar. Tepatnya di buat oleh Suku Konjo Makassar. Yang mendiami Bulukumba, di kecamatan Bontobahari yakni di Tanah Beru, Lemo-lemi, Ara dan Bira.

Alasan Cinta Sebagai Asal Usul Perahu Pinisi

Setelah terjawab pertanyaan, dari daerah mana perahu Pinisi, diatas. Maka selanjutnya kita akan membahas tentang asal-usul dari Perahu Pinisi tersebut.

Adapun sejarah dari Perahu Pinisi adalah terjadi pada abad XV. Pada dasarnya Perahu Pinisi pertama kali diciptakan oleh Sawerigading. Dimana Sawerigading merupakan Arung Matasa’ atau calon pengganti Raja (Pajunge) di Luwu.

Pinisi: Bumi Panrita Lopi, Ulung Di Laut, Tangguh Di Darat

Atas nama cinta, dan panggilan jiwa yang membentuk pusaran dalam hati Sawerigading kepada seorang Putri Cinta. Bernama We Cudai.

Kerajaan Luwu di tengah Sulsel, Sementara We Cudai di China berjarak kira-kira 4.900 km. Dengan bentangan lautan dan samudera yang luas sebagai penghalang.

Perjalanan dari Luwu menuju Cina. Merampungkan kisah rasanya kepada We Cudai, Sang Arung Matasa melewati selat Makassar. Laut Sulawesi, Laut Sulu Filipina, hingga ke laut Cina Selatan.

Misi pertemuan dengan We Cudai berhasil. Dan menjadikan We Cudai sebagai istri. Menetap sementara di China.

Namun, tetap ada kerinduan kembali ke kampung halaman. Akhirnya Sawerigading kembali ke kerajaan Luwu (Saat itu belum ada Negara Indonesia).

Perjalanannya kembali ke kerajaan Luwu, melewati rute daerah kekuasaan kerajaan Makassar. Sebagai sahabat kerajaan Luwu dan Makassar.

Melanjutkan perjalanan melewati Kabupaten Bulukumba, ketika memasuki perairan Bulukumba yang bersebelahan dengan Pulau Selayar. Kapal Sawerigading hancur di terjang ombak, diperkirakan didaerah tersebut (bukan saat masuk ke perairan Luwu).

Serpihan perahu menjadi 3 bagian, di Perairan Bulukumba tepatnya di Kecamatan Bontobahari.

Satu bagian dari serpihan tersebut tarimbua’ (muncul) di laut Tanaberu, satu bagian di Pantai perairan Bira. Dan bagian lainnya didapatkan di lautan Desa Ara.

Skill Panrita Lopi, Kapal Pinisi Di Budayakan

Lambung perahu, tiang dan layar terpisah. Namun kemampuan Panrita (orang pintar), dari Desa Ara membuat lopi (perahu) tersebut. Yang selanjutnya disebut sebagai Panrita Lopi.

Dengan perubahan beberapa bagian dan disempurnakan menjadi sebuah karya, yang terbuat dari Kayu tersebut bisa kokoh dipelayaran diatas lautan.

Perahu Pinisi, selanjutnya dibuat untuk bagian kedua dan seterusnya, hingga sampai saat ini.

Perahu Pinisi khas Bulukumba di daerah Tanah Beru tersebut, masih bisa disaksikan proses pembuatannya sampai saat ini.

Skill yang dimiliki oleh Panrita Lopi dengan cara tradisional membuat perahu tersebut. Adalah skill luar biasa. Mengingat perahu tersebut tidak memiliki mesih atau hanya digerakkan dengan kekuatan angin.

Di Tana Lemo (Tana Beru), kapal dibuat, dengan layar dirancang oleh orang bira menjadi 7 bagian layar. Yang diikatkan pada palajareng (tiang layar).

Demikian Khas daerah Bumi Panrita Lopi yang menjadi legenda dan fenomenal.

Dalam sejarahnya, Perahu Pinisi pernah dibuat dengan ukura terbesar dan melakukan pelayaran ke Canada, Amerika Utara. Pada tahun 1986.

Bagian Pada Kapal Pinisi

Kapal atau Perahu Pinisi memiliki bagian-bagian, untuk melakukan pelayaran. Adapun beberapa bagian tersebut adalah:

  1. Anjong,
  2. Sombala,
  3. Tanpassere,
  4. Cocoro pantara,
  5. Cocoro tangnga,
  6. Tarengke, dan
  7. Palajareng

Anjong atau anjungan berposisi tinggi di layar kapal. Berbentuk segitiga, dibagian depan dari Perahu Pinisi.

Sombala’ merupakan kain layar utama, dengan ukuran yang mencapai 200 cm.

Tanpassere (pengarah), merupakan layar kecil untuk mengendalikan arah dan berada pada tiang utama dan berbentuk segitiga.

Cocoro Pantara yaitu Layar bantu dibagian luar, sebagai layar untuk membantu dorongan angin.

Cocoro Tangnga yaitu layar bantu bagian tengah pada Perahu Pinisi, untuk memabantu memanfaatkan angin pada saat pelayaran.

Tarengke Merupakan layar bantu yang ada pada bagian belakang dari Kapal Pinisi. Memiliki fungsi sama dengan cocoro tangnga dan cocoro pantara diatas.

Palajareng merupakan tiang yang bediri ditengah badan kapal pinisi, untuk mengikat dari layar-layar yang ada dengan tali sesuai ukuran.

Bentuk Perahu Pinisi Khas Daerah Bumi Panrita Lopi

Dalam proses perkembangannya, Perahu Pinisi memiliki 2 Bentuk, Yakni:

  1. Kapal Pinisi Laamba, dan
  2. Kapal Pinisi Palari

Dua jenis dari Perahu Pinisi yang dibuat di Butta Panrita Lopi tersebut memiliki beberapa perbedaan bentuk. Meski perbedaan tersebut sangat tipis.

Kapal Laamba atau lambo, laamba itu bahasa konjo yang bermakna lambat, jika menggunakan layar. Sebab bobor perahu tersebut besar. Namun kecepatannya kini disiasati dengan dilengkapi motor diesel didalamnya.

Kapal Palari yang memiliki kayu lunas (sebagai pembentuk tulang kapal) yang melengkung. Dan berukuran lebih kecil daripa perahu Pinisi jenis Lamba.

Kapal palari merupakan jenis perahu Pinisi yang memiliki kecepatan lebih tinggi dari laamba. Karena bobotnya yang lebih kecil.

Kapal Pinisi Dengan Pelayaran Melegenda

Perahu Pinisi dalam catatan sejarahnya, telah melakukan perjalanan keluar negeri yang melegenda.

Hingga Kapal produk Tana Panrita Lopi tersebut, berhasil bersandar di pelabuhan negara Afrika Selatan, Kanada, dan Jepang.

Sebuah pencapaian yang sangat monumental, dimana dengan merakit kapal yang terpecah menjadi puing-puing. Berhasil di rakit dan dimodifikasi.

Dengan budaya dan kemampuan yang dimiliki oleh Panrita Lopi, mampu menyeimbangkan perahu tersebut. Dari guncangan dan gulungan ombak samudera yang menghempas.

Tidak lupa kapten kapal yang terlatih, dengan bekal perahu kayu yang tidak menggunakan perekat paku tersebut. Mampu membuat orang diluar negeri berdecak kagum.

Jepang sebagai negara penghasil kendaraan mesin menjadi heran dengan kehebatan pelaut ulung dari negeri Indonesia.

Kayu dan kain yang dirakit tersebut bisa pergi dan pulang dengan selamat sampai di tujuan.

Padahal kalau mau kembali ke kisah Sawerigading sebelumnya, Perahu (belum bernama Pinisi), berhasil dibawa ke China. Namun tidak mampu mengantarnya kembali ke tanah Luwu.

Pinisi Adalah Warisan Suku Konjo

Meluruskan klaim media yang menyebutkan bahwa Pinisi merupakan warisan Suku Bugis, pada hakikatnya. Informasi tersebut perlu dilakukan pelurusan.

Sebab pada penyataanya, perahu pinisi dibuat di Bumi Tana Beru. Dengan daerah asal perancang dari 3 Desa. Yakni Kelurahan Tanaberu, Desa Ara dan Desa Bira.

Ketiga daerah tersebut, murni daerah Konjo (rumpun Makassar).

Meski tidak bisa dipungkiri bahwa penyebutan kata Makassar dan Bugis sebagai sebuah penyebutan yang sering dan mengidentikkan bahwa Makassar sama dengan Bugis.

Pada kenyataan produk budaya mereka. Berbeda lokasi antara Makassar (konjo) dengan Bugis.

Meskipun kedua suku tersebut mendiami Kabupaten Bulukumba. Tapi sebagaimana dijelaskan pada artikel lainnya. Yang menyebutkan bahwa 2 Suku Makassar (konjo) dan Bugis menjasi Suku dominan di Kabupaten Bulukumba.

Demikian artikel tentang legenda kapal Pinisi yang merupakan hasil cipta karsa dan rasa dari Panrita Lopi asal Kabupaten Bulukumba.

Namun di Bulukumba tidak hanya memiliki Budaya Pembuatan perahu, tapi juga terdapat Suku Kajang, Dipimpin Oleh Ammatoa Yang Bijak. Lokasinya berada 40 KM dari pusat Kota Butta Panrita Lopi.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

9 Komentar